CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 19 Mei 2009

Nilai Kasih Seorang Ibu

ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu

Seorang anak mendapatkan ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur lalu memberikan selembar kertas yang bertulis sesuatu. Si ibu segera mengelap tangan lalu menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak dan Ibu pun membacanya.
di Kertas itu tertulis,
OngKos upah membantu ibu :
1) Tolong pergi warung Rp 15.000
2) Tolong jaga adik Rp 50.000
3) Tolong buang sampah Rp 10.000
4) Tolong memebereskan ruangan Rp 25.000
5) Tolong siram bunga Rp 30.000
6) Tolong sapu sampah Rp 35.000
Jumlah : Rp 165.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak sambil sesuatu berdebar-debar di hatinya. Si ibu mengambil sebuah pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
Berikut tulisan Ibu itu :
1) OngKos mengandungmu selama 9 bulan -
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu - PERCUMA
3) OngKos air mata yang menitis karenamu - PERCUMA
4) OngKos kerunsingan keranabimbangkanmu - PERCUMA
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu - PERCUMA
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - PERCUMA

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pena menulis 'Telah Dibayar' pada muka surat yang ditulisnya.

Diriwayatkan seorang telah bertemu Rasulullah SAW dan bertanya, "Wahai Rasulullah,siapakah yang paling berhak mendapat layanan baik dariku? "Rasulullah menjawab, "Ibumu" (dan diulang sebanyak tiga kali), kemudian ayahmu kemudian saudara-saudara terdekatmu."

Subhanallah betapa besar kasih sayang seorang ibu sejak mengandung kita selama 9 bulan sampai sekarang ini... seorang ibu tidak pernah meminta balasan atas semua yang telah beliau berikan, tapi apa balasan yang beliau terima dari kita, anak-anaknya ???

Subhanallah... semoga Ibuku senantiasa diampuni dan selalu dalam lindungan dan kasih sayang-Nya. Amin.

Wanita Bagi Pahlawan

Dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang wanita agung. Begitu kata pepatah Arab. Wanita agung itu biasanya satu dari dua, atau dua-duanya sekaligus; sang ibu atau sang istri.

Pepatah itu merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan. Bahwa karya-karya besar seorang pahlawan lahir ketika seluruh energi didalam dirinya bersinergi dengan momentum diluar dirinya; tumpah ruah bagai banjir besar yang tidak terbendung. Dan tiba-tiba sebuah sosok telah hadir dalam ruang sejarah dengan tenang dan ajek.

Apa yang telah dijelaskan oleh hikmah psiko-sejarah itu adalah sumber energi bagi para pahlawan; wanita adalah salah satunya. Wanita bagi banyak pahlawan adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapat ketenangan dan kegairahan, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan. Laki-laki menumpahkan energi di luar rumah, dan mengumpulkannya lagi didalam rumahnya.

Kekuatan besar yang dimiliki para wanita yang mendampingi para pahlawan adalah kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang. Kekuatan itu sering dilukiskan seperti dermaga tempat kita menambatkan kapal, atau pohon rindang tempat sang musafir berteduh. Tapi kekuatan emosi itu sesungguhnya merupakan padang jiwa yang luas dan nyaman, tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar. Karena di tempat dan saat seperti itulah para pahlawan kita menyedot energi jiwa mereka.

Itu sebabanya Umar bin Khattab mengatakan, “Jadilah engkau bocah di depan istrimu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu’. Kekanakan dan keperkasaan, kepolosan dan kematangan, saat lemah dan saat berani, saat bermain dan saat berkarya, adalah ambivalensi-ambivalensi kejiwaan yang justru berguna menciptakan keseimbangan emosional dalam diri para pahlawan.

“Saya selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos.” kata Sayyid Quthub. Para pahlawan selalu mengenang saat-saat indah ketika ia berada dalam pangkuan ibunya, dan selamanya ingin begitu ketika terbaring dalam pangkuan istrinya.

Siapakah yang pertama kali ditemui Rasulullah SAW setelah menerima wahyu pertama dan merasakan ketakutan luar biasa? Khadijah! Maka ketika Rasulullah ditawari untuk menikah setelah Khadijah wafat, beliau mengatakan; “Dan siapakah wanita yang sanggup menggantikan peran Khadijah?”

Itulah keajaiban dari kesederhanaan. Kesederhanaan yang sebenarnya adalah keagungan; kelembutan, kesetiaan, cinta an kasih sayang. Itulah keajaiban wanita.

Ibu Kartini

Sejarah Ibu Kartini

Ibu Kartini, Putera Bupati Jepara, R.M. Adipati Ario Sosronigrat, cucu Bupati Demak Pangeran Ario Tjondronagoro. Beliau adalah seorang Bupati yang telah berfikir maju, dan telah memberikan pendidikan barat kepada putera-puteranya dengan mendatangkan seorang guru dari negeri Belanda.
Penduduk Jawa dan Madura pada saat itu masih sangat sedikit yang berpendidikan, ternyata pada tahun 1902 hanya terdapat orang Bupati yang pandai menulis dan berbahasa Belanda, mereka itu adalah :
1. Bupati Serang : P.A.A. Ahmad Djajadiningrat
2. Bupati Ngawi : R.M.T. Kusumo Utojo.
3. Bupati Demak : P.A. Adinigrat, Paman Ibu Kartini
4. Bupati Jepara : R.M.A.A. Sosroningrat, Ajah ibu Kartini
Ibu Kartini dilahrikan pada tanggal 21 April 1879, di Majong Kabupaten Jepara. Beliau Putera kelima dari 11 orang bersaudara yang urut-urutannya sebagai berikut :
1. R.M. Sosroningrat
2. P.A. Sosrobusono, Bupati Ngawi
3. R.A. Sosroaditjokro
4. R.M. Sosrokartono – Drs –
5. R.A. Kartini
6. R.A. Rukmini
7. R.A. Kardijah, Isteri Bupati Tegal
8. R.A. Kartinah
9. R.A. Sosromuljono
10. R.M. Sumantri Sosrohadikusumo
11. R.M. Sosrorawito
Sebagaimana saudara-saudarnya yang lain Ibu Kartini dimasukkan sekolah Europose Lagere School – sekolah untuk orang-orang Belanda dan orang-orang jawa yang terkemuka / kalangan atas.
Beliau bersekolah sampai berusia 12 tahun, dan kemudian keluar karena harus menjalani masa pingitan, yang telah mendaji tradisi, adat istiadat dikalangan tertentu bahwa seorang gadis pada saat datangnya masa kedewasaan / remaja tidak diperkenankan keluar rumah, dalam masa yang telah ditentukan.
Selama dalam pingitan beliau tidak banyak bergaul, karena pada saat itu hubungan kekeluargaan masih sangat terikat dengan adat-istiadat lam – sangat kaku. Maka satu-satunya tempat sebagai pelarian kesepian hatinya dan sebagai kawan yang setia adalah buku.
Buku, buku, membaca, demikian hampir seluruh kerja Ibu Kartini, tentunya disamping tugas-tugas keluarga. Buku demi buku dibacanya. Meskipun mengerti,faham akan isinya atau tidak, beliau ingin terus membacanya. Sekali belum faham diulanginya lagi, kedua belum faham, dibaca yang ketiga kalinya.
Setelah berusia 16 tahun beliau dibebaskan dari pingitan. Bersamaan dengan itu pula kakak perempuannya – yang tidak sefaham hatinya dengan Ibu Kartini – menikah, sehingga dengan demikian Ibu Kartini menjadi saudara perempuan yang tertua. Dan mulai pada waktu itulah beliau mengadakan bebrepa perubahan dalam adat-istiadat pergaulannya dengan adik-adiknya perempuan-tiga bersaudara : Kartini, Rukmini dan Kardinah. Pergaulan menjadi tidak kaku lagi, adik-adiknya tidak perlu bersembah-berjngkok dan sebagainya.
Ibu Kartini dengan cita-citanya memang tidak berdiri sendiri, atau dengan perkataan lain benih kebangkitan dan kemajuan yang berada dalam jiwanya tidak mungkin tumbuh dengan subur tanpa pemerliharaan dan siraman yang seksama.
Disamping buku-buku yang menjadi salah satu unsur penyebab suburnya benih cita-citanya Ibu Kartini, maka kenalan-kenalannya (sahabat-sahabatnya), yang semua orang-orang Eropa banyak pula memberikan dorongan dan bimbingan ibarat anjang-anjang bagi tanaman cita-cita Ibu Kartini.
Dalam mengejar cita-citanya Ibu Kartini banyak mendapat hambatan dari keluarganya, terutama dari kakaknya yang sulung, yang sangat menentangnya, sehingga sering kali timbul perselisihan. Adapun ajahnya dalam keadaan bimbang, beliau sangat mencintai puterinya dan memahami akan kebenaran cita-citanya, akan tetapi beliau masih merasa sangat khawatir akan pandangan bangsanya yang masih kolot. Hanya kakaknya Kartono yang dengan terang-terangan mendukung cita-cita Ibu Kartini. Beliau melanjutkan pelajarannya di Semarang. Dan dari beliaulah Ibu Kartini banyak memperoleh buku-buku yang berharga.
Pada tahun 1902 adiknya Rukmini telah mendahului menikah, yang kemudian mengikuti suaminya. Dengan demikian pecahlah tiga bersaudara, Kartini, Rukmini, Kardinah, dan kesepian hati mereka diutamakan pula dalam beberapa surat-surat beliau yang secit-citanya.
Kemudian datanglah pinangan dari Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat (yang sebelumnya memang sudah dikenal oleh keluarga Ibu Kartini), dan dengan ikhlas Ibu Kartini menerima pinangan itu, setelah terlebih dahulu menyerahkan kembali bea-siswa yang telah disediakan oleh Pemerintah.
Pada tanggal 8 Nopember 1903 berlangsunglah pernikahan Ibu Kartini dan seterusnya mengikuti suaminya ke Rembang, dan sejak itulah Ibu Kartini hidup berdampingan dengan suaminya dan melaksanakan sebagaian dari cita-citanya menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak perempuan.
Pada tanggal 13 September 1904 lahirlah putera yang pertama, dan empat hari kemudian 17 September 1904 Ibu Kartini telah dipanggil oleh Tuhan menghadap kehadiratnya, setelah bergulat dengan cita-citanya selama 12 tahun.
Bahagialah, bagi segenap Pemuka, perintism dan pembuka jalan kearah kemajuan dan keluhuran bangsa dan tanah airnya.
Bahagialah, mereka disisi Tuhan menyaksikan hasil harapan dan cita-citanya.

Kamis, 07 Mei 2009

Supergirl

Supergirl
Supergirl is a fictional comic book Superhero that is depicted as a female counterpart to the DC Comics iconic superhero Superman. Created by Otto Binder and Al Plastino in 1959 and appearing in Action Comics. The character first appeared in comic books and later appeared children's cartoon animation, film, and television.
As Supergirl, the
Kara Zor-El character plays a supporting role in various DC Comics publications, including Action Comics, Superman, and several other comic book series unrelated to Superman. In 1969 Supergirl became lead feature in Adventure Comics and later starred in an eponymous comic book series which debuted in 1972 and ran until 1974, followed by a second monthly comic book series entitled The Daring New Adventures of Supergirl, which ran from 1982 to 1984.
An editorial mandate, the 1985
limited series Crisis on Infinite Earths depicts the death of Supergirl and DC Comics subsequently reboots the fictional continuity of the DC Comics Universe, reestablishing Superman's character as the sole survivor of Krypton's destruction. Following the conclusion of Crisis on Infinite Earths, several different characters written as having no familial relationship to Superman have assumed the role of Supergirl, including Matrix, Linda Danvers, and Cir-El. Following the cancellation of the third Supergirl comic book series starring the Linda Danvers version of the character, a modern version of Kara Zor-El is reintroduced into DC Comics continuity in issue #8 of the Superman/Batman comic book series entitled "The Supergirl from Krypton" (2004). The modern Kara Zor-El stars as Supergirl in an eponymous comic book series, in addition to playing a supporting role in various DC Comics publications. The Supergirl character has been adapted into all media relating to the Superman franchise including merchandise, television, animation, and feature film.

Senin, 04 Mei 2009

salam perkenalan.. :D

hi sahabat, kami citra dan rima.
kami pelajar yang gokil, SEDIKIT jayus dan AGAK narsis.
hmm.. senang bermimpi dan berkhayal tingkat tinggi!!
kalau kata septian, teman kami, kaya lagunya peterpan-khayalan tingkat tinggi.. haha
"septian, harusnya kau berterimakasih sama kita berdua karna namamu bisa terkenal di blog kita!!"
huftt.. terimakasih sama mama papa guru dan teman-teman kita yang telah membimbing dan mengajari kita setulus hati, karena atas jasanya itulah kita tidak gaptek alias gagap tekhnologi.
sekian dulu, ikuti terus kabar dari kami ya..! makasiih.. "iya,sama-sama" ^^